Jumat, 18 Mei 2012

Surat dari seorang Rasta

Ras Muhammad

Perkenalkan. Saya, seorang musisi reggae. Saya merilis album perdana bertajuk “Reggae Ambassador”. Musik Reggae saya tak seperti kebanyakan reggae yang ada di tanah air. Saya ingin memperlihatkan kepada masyarakat Indonesia bahwa Reggae terus berkembang sejak wafatnya legenda & ikon Reggae, Bob Marley. Anda dapat menyebut musik saya: “Dancehall Reggae” atau “Digital Roots”.

Dancehall Reggae adalah sub-genre yang muncul paling anyar di Jamaika. Bisa juga disebut Raggamufin/Ragga. Orang Jamaika bila berdansa di tempat-tempat Dancehall, mereka tidak mendengarkan musik dari live band, mereka mendengarkannya melalui putaran musik Disc Jockey/Dsound atau kata Jamaikanya: Selektah. Maka dari itu untuk mendapatkan nafas otentik yang sama dengan induknya di Jamaika, musik dalam album saya bukan live tapi berupa drum digital yang sekilas bernuansa HipHop.

Beruntung saya pernah tinggal di New York selama 12 tahun. Di situ saya bisa melihat secara langsung bagaimana komunitas Reggae di Brooklyn, New York bergerak. Saya juga melanglang menyambangi komunitas-komunitas Reggae di benua Afrika, Amerika Latin bahkan di Inggris, Belanda, Jepang dan Jerman. Ternyata saya melihat kultur Reggae begitu beragam. Saya menyaksikan bagaimana DJ Reggae atau sang Selektah selalu memutarkan lagu-lagu “hit” baru membuat orang bergoyang sampai matahari terbit.

Anehnya saat selektah memutarkan tembang-tembang dari Bob Marley, mereka goyangnya adem-adem saja tidak seheboh dengan lagu-lagu baru yang selektah putarkan. Ini membuktikan bahwa mereka ingin mendengar lagu-lagu Reggae yang baru dan segar.

Hampir setiap minggu pasti ada 5-6 lagu Reggae yang baru, karena artis Reggae menciptakan lagu Reggae setidaknya setiap hari. Contohnya, Superstar Reggae bernama Sizzla. Dia mengawalai karirnya di jalur reggae tahun 1995. Dia merilis 3 album pada tahun itu dengan record label yang beda. Bila dihitung-hitung, dia sekarang sudah merilis 30 sampai 40 album. Hal ini sudah menjadi karakter standar untuk artis-artis Reggae. Mereka amat produktif. Artis-artis seperti Capleton, IWayne, Turbulence, JAH Mason, Ras Shiloh, Beenie Man, Lutan Fyah, Bounty Killer semuanya produktif.

Dengan album Reggae Ambassador (didistribusikan secara indie oleh Aksara Record) saya ingin memperlihatkan bahwa kini ikon Reggae bukan hanya Bob Marley saja. Saya ingin membebaskan orang-orang dari fanatisme Bob Marley di tanah air. Terlalu banyak orang di tanah air yang mengaku sebagai penggemar musik Reggae tetapi memiliki referensi terbatas, hanya sebatas Bob Marley, UB40, Big Mountain & tembang-tembang Reggae yang sempat berjaya di tangga-tangga musik Pop.

Sudah 26 tahun Bob Marley meninggal dunia tetapi reggae tetap maju, karena reggae bukan satu orang tetapi reggae mewakili rakyat. Kalau rakyat masih hidup, reggae akan terus hidup. Jika rakyat tidak didengar, reggae akan menyuarakan kekecewaaan rakyat dan reggae tidak mau ketinggalan jaman. Bob Marley pernah berkata, “Reggae Music is News”. Reggae adalah jeritan rakyat-rakyat yang tertindas di dunia. Karena Jamaika masih terus dilanda konflik politik, kemiskinan, ketidakadilan dan ini terjadi di berbagai belahan dunia dari negara-negara Afrika sampai di Indonesia.

“Rebellion is the act of injustice”, ucap pemimpin kaum hitam, Dr. Martin Luther King, Jr. pada era 60an. Bahwa pemberontakan diakibatkan oleh ketidakadilan. Jadi jika seorang “penggemar Reggae” di tanah air menolak mendengar News dan keep up to date dengan berita baru dan apa yang terjadi di kultur reggae maka ia akan terjebak dalam kemunduran dan kedangkalan mental. Artis-artis reggae baru maka tidak buta masalah sosial. Mereka sadar bukanlah reggae jika tidak menyampaikan News.

Maka dari itu dalam album saya, beberapa tembang menampilkan masalah sosial. Seperti tembang “J-Town Rock” yang berarti “Jakarta Rock”. J-Town Rock bisa berarti “Jakarta berkehidupan yang keras”. Lirik lagu ini mengungkapkan sedikit situasi Jakarta.

“Chorus :

EY! JAKARTA, METROPOLITAN!

E Y! JAKARTA, KOTA IDAMAN!

Verse-2 : korupsi,polusi, apa ada solusi ?

Populasi padat, menghambat, menjerat

Program cuci otak di dalam religi

Seakan logika & fikiran di basmi

Rakyat kecil udah muak, berontak & beraksi

Cepat untuk unjuk rasa, tak pernah ada diskusi

Disini, di kota, porak-poranda

Metropolis kita semua yang tercinta

…(Jakarta,Jakarta like Old Sodom & Gomorrah. You

know your judgement time soon come. For real !!)“

Disamping masalah sosial, sebagaimana artisartis reggae baru yang banyak mengungkapkan kenyataan hidupnya di Dance Hall,, saya juga membuat lagu berdasar pengalaman saya di Dance HallDance Hall . Salah satunya adalah lau: Run Dat, yang liriknya demikian: ”:

Hey SoundBwoy, Hey SoundBwoy

Mainkan lagu untuk ku

(ku ucap) Hey Sound Bwoy, Hey SoundBwoy

Berdansa dengan lagu baru

SELEKTAH, mainkanlah lagu Reggae

Kuingin berdansa sampai pagi

Sampai fajar tiba ku masih hepi

Untuk berdansa & bergoyang Reggae

(HEY !!!) Tak perlu kau memikir uang

Untuk bergembira, bersenang-senang

Karena Irama membuatmu tenang

Di dalam hati & juga fikiran

so, hey SELEKTAH

Kau berusaha biar semua orang tak mau pulang

Karena DANCEHALL ‘kan semakin panas

Apalagi kalau ada SOUNDCLASH

SELEKTAH, kau mau kemana ?

Bukan saatnya untuk pulang

Karena banyak orang yang kan meminta

Lagu ini untuk di ulang

Dengan album ini saya ingin menunjukkan bahwa reggae bukan hanya Bob Marley serta semata soal musik di pantai saat liburan. Reggae juga sanggup mengambil hati para Hip-Hoppers. Buktinya kolaborasi antara Rapper dan artis Reggae tak terhitung jumlahnya, contohnya album Damian Marley (putra Bob Marley) “Welcome to Jamrock”.

Pada album tersebut banyak rapper dan penyanyi R&B menyumbang suaranya, seperti Bobby Brown, Nas & Black Thought “The Roots”. Hip-Hop & Reggae tidak asing karena asalnya dari tempat yang sama, yaitu Jamaika. 20 tahun lalu, di awal tahun 80-an, grup legendaris generasi pertama Hip-Hop: Run DMC juga berkolaborasi dengan artis reggae : Yellowman.

Saya ingin menyebutkan semua ini karena single pertama saya “Musik Reggae Ini ”, musiknya dibuat oleh rapper tanah air, Igor Saykoji. “Musik Reggae Ini” bernuansa Hip-Hop tapi kental dengan jiwa reggae . Seperti toaster atau Reggae Deejay yang berbicara cepat, saya ucapkan di awal lagu

“now hear this… ini adalah musik reggae dari Jamaika yang kupersembah kan untuk kalian semua dari yang sudah tua sampai yang muda. Unno watch ya, now ! (Kau lihat ini sekarang) BERGERAK!!!”

Dimana reggae bergerak, semangat akan menyala bagaikan api yang sangat dalam kultur reggae

“Jika kamu suka dgn musik ini… Nyalakan api,nyalakan api!

Kamu doyan dgn musik ini…nyalakan api, nyalakan api !”

Dancehall Reggae adalah Hip-Hopnya Jamaika. Orang Afro-Amerika menyebutnya sebagai Rapper. Orang Jamaika menyebutnya sebagai Reggae Deejay atau istilah lebih kuno lagi Toaster. “HipHop is black music, Reggae is black music”.

HipHop adalah suara rakyat tertindas juga.

Apakah tetap reggae jika live drum diganti dengan drum pattern digital? Apakah tetap reggae jika pattern live reggae drum yang klasik ala ONE DROP ditukar dengan drum digital ber-pattern drum dan perkusi Afrika ?

Menurut saya, jawabnya: Ya Penggemar Hip-Hop dunia kini sangat familiar dengan Damian Marley yang menggabungkan reggae dengan hip hop itu. Tetapi anehnya, didalam komunitas “reggae ” tanah air kita jarang yang kenal Damian Marley. Padahal lagu “Welcome to Jamrock” meraih peringkat nomor satu di Amerika dan Eropa.

Bob Marley hanya ada satu, dan tidak akan ada penjelmaannya lagi. Jadi, bagaimana komunitas “Reggae Indonesia”. Terus melangkah ke depan atau tetap melahirkan komunitas plagiat dan fanatik terhadap Bob Marley? Tetap menginginkan menjadi Bob Marley yang kedua?

Menurut saya tidak bisa disebut komunitas reggae jika tidak peduli dengan perkembangan kulturnya sendiri. Inilah misi saya. Dalam album Reggae Ambassador saya ingin meluaskan wawasan, memecahkan belengi-belengu reggae sendiri.

Saya ingin menutup surat saya dengan syair Bob Marley yang mengingatkan agar kita terus mencari: “ Emancipate yourselves from Mental Slavery, none but ourselves can free our minds”. [RAS MUHAMAD, PENULIS ADALAH MUSISI REGGAE, TINGGAL DI JAKARTA.]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Definition List

LinkWithin

Pages

Musik

Cari Artikel Blog

 
Penanggung Jawab Miftah Budi Kurniawan | Supported by Cheat Game 4U